Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tips Menulis Abstrak yang Menarik di Jurnal Ilmiah

Tips Menulis Abstrak yang Menarik di Jurnal Ilmiah

Pernah ngerasa bingung saat nulis abstrak untuk jurnal ilmiah? Sudah duduk manis berjam-jam depan laptop, tapi satu paragraf pun belum jadi? Tenang, bukan satu-dua orang yang ngalamin hal yang sama. Abstrak memang kelihatan simpel, tapi bikin kepala bisa berasap kalau belum ngerti polanya.

Padahal, abstrak itu wajah pertama dari karya tulis ilmiah. Ibarat etalase toko, kalau tampilannya kurang menarik, siapa yang mau mampir? Editor jurnal, reviewer, bahkan calon pembaca pertama kali akan melihat bagian ini sebelum memutuskan lanjut baca atau langsung skip.

1. Pahami Fungsi Abstrak dalam Jurnal Ilmiah

Sebelum buru-buru nulis, penting banget tahu dulu: sebenarnya abstrak itu fungsinya apa, sih? Abstrak adalah ringkasan padat dari isi penelitian. Isinya harus bisa kasih gambaran tentang tujuan, metode, hasil, dan kesimpulan dari penelitian. Tapi semua itu dikemas dalam satu paragraf singkat, tanpa terlalu banyak basa-basi.

Abstrak juga jadi alat utama buat menarik perhatian pembaca di database jurnal seperti Google Scholar, DOAJ, atau SINTA. Kalau kalimat pembuka abstraknya sudah “nggak klik”, ya bisa-bisa jurnalnya tenggelam di antara ribuan publikasi lainnya.

2. Gunakan Bahasa yang Padat, Jelas, dan Spesifik

Menulis abstrak bukan kayak nulis caption IG. Nggak perlu lebay, nggak perlu metafora puitis. Fokus pada kalimat yang lugas dan langsung ke poin. Gunakan bahasa akademik yang netral dan tetap mudah dipahami.

Kalau bisa disampaikan dalam lima kata, kenapa harus delapan? Misalnya daripada nulis “penelitian ini dilakukan guna mengetahui seberapa besar pengaruh”, bisa diringkas jadi “penelitian ini menganalisis pengaruh”.

3. Struktur Ideal Abstrak: IMRAD

Ingin lebih mudah nulisnya? Coba pakai struktur IMRAD: Introduction, Methods, Results, and Discussion. Ini format umum yang dipakai banyak jurnal internasional maupun nasional.

  • Introduction: Jelaskan konteks dan tujuan penelitian.
  • Methods: Singgung metode atau pendekatan yang digunakan.
  • Results: Sebutkan temuan utama dari penelitian.
  • Discussion: Jelaskan sedikit arti dari hasil tersebut atau kontribusinya.

Format ini bisa bantu membingkai isi abstrak secara rapi dan logis, jadi pembaca bisa lebih gampang mengikuti alurnya.

4. Hindari Kalimat Klise dan Umum

Kata-kata kayak “penelitian ini sangat penting bagi dunia pendidikan” atau “hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi masyarakat” udah terlalu sering muncul. Klise banget. Gantilah dengan informasi konkret dan spesifik, misalnya “hasil penelitian menunjukkan peningkatan hasil belajar sebesar 23% setelah penerapan metode X”.

Kalimat yang punya angka atau temuan khusus jauh lebih powerful daripada sekadar pujian terhadap penelitian sendiri.

5. Tulis Terakhir, Tapi Pikirkan dari Awal

Menulis abstrak sebaiknya dilakukan setelah seluruh isi jurnal selesai. Tapi, struktur dan poin pentingnya bisa dicatat dari awal supaya nggak kelupaan. Saat mulai nulis, cukup kumpulkan kembali bagian-bagian penting dari tiap bab: latar belakang, metode, hasil, dan pembahasan. Ambil esensinya, jangan seluruh paragrafnya.

Trik kecil: bikin poin-poin dulu sebelum dirangkai jadi paragraf. Ini membantu menghindari ngulang-ngulang isi atau kehilangan arah.

6. Perhatikan Jumlah Kata

Setiap jurnal biasanya punya ketentuan soal jumlah kata dalam abstrak. Umumnya sekitar 150–250 kata. Jadi, nulis terlalu panjang atau terlalu pendek bisa langsung dicoret di tahap awal seleksi. Selalu baca panduan penulisan (author guideline) dari jurnal tujuan supaya nggak salah langkah dari awal.

Kalau nggak disebutkan jumlah katanya, tetap usahakan abstrakmu padat dan nggak lebih dari satu halaman. Lebih pendek, lebih tajam, lebih baik.

7. Tambahkan Kata Kunci yang Relevan

Setelah abstrak selesai, jangan lupa tambahkan keywords. Biasanya antara 3–5 kata kunci utama yang mencerminkan topik utama jurnal. Misalnya: “pembelajaran berbasis proyek, hasil belajar siswa, metode eksperimen, SMA, media pembelajaran digital”.

Keywords ini juga penting untuk optimasi mesin pencari (SEO) di database jurnal ilmiah. Kalau sesuai, jurnal bisa lebih mudah ditemukan orang lain yang lagi cari topik serupa.

8. Tulis Versi Bahasa Inggris dengan Baik

Banyak jurnal ilmiah, apalagi yang terindeks nasional atau internasional, mewajibkan abstrak dalam dua bahasa: Indonesia dan Inggris. Nah, jangan cuma andalkan Google Translate mentah-mentah. Kalimat yang terlalu kaku bisa bikin maknanya kabur.

Kalau memungkinkan, minta bantuan teman yang fasih bahasa Inggris atau gunakan layanan proofreading. Pastikan versi Inggris-nya tetap padat, jelas, dan nggak awkward.

9. Baca Contoh Abstrak yang Sudah Terbit

Coba intip jurnal-jurnal dari kampus atau dari situs seperti Garuda, SINTA, atau ResearchGate. Lihat gimana peneliti lain nulis abstrak mereka. Dari situ bisa dapet insight soal gaya bahasa, struktur, dan pemilihan kata yang tepat.

Biasakan juga membaca abstrak dari bidang yang sama. Misalnya kalau bidangnya psikologi, jangan ambil contoh abstrak dari teknik sipil. Setiap disiplin ilmu punya gaya dan kebiasaan masing-masing.

10. Uji Coba Baca oleh Teman

Kalau semua udah selesai, kasih naskah abstraknya ke teman, senior, atau dosen pembimbing. Minta mereka baca dan jelaskan ulang isi abstrak itu. Kalau mereka bisa paham inti dari jurnal hanya dari baca abstraknya, berarti tulisan udah cukup jelas.

Kalau mereka malah balik nanya “ini tuh maksudnya gimana?”, berarti masih perlu diperbaiki. Abstrak yang baik bisa berdiri sendiri tanpa harus membaca keseluruhan isi jurnal dulu.

11. Hindari Plagiarisme, Termasuk di Abstrak

Meski cuma satu paragraf, abstrak tetap bagian dari karya ilmiah yang wajib bebas dari plagiarisme. Jangan ambil mentah-mentah dari jurnal orang lain. Gunakan kalimat sendiri, dan kalaupun ingin mengutip teori, sebutkan secara ringkas tanpa menjiplak struktur kalimatnya.

Situs turnitin atau plagscan bisa bantu buat ngecek sejauh mana keaslian tulisan. Pastikan abstrak yang ditulis memang mencerminkan hasil pemikiran sendiri, bukan hasil copas.

12. Revisi Berkali-kali, Jangan Sekali Jadi

Banyak yang salah kaprah, mikir abstrak cukup ditulis sekali. Padahal, justru bagian ini butuh polesan berkali-kali. Setiap kali revisi bisa memperbaiki struktur kalimat, pemilihan kata, dan kejelasan informasi. Jadi, jangan takut ngulang. Tulis, baca ulang, revisi. Ulangi terus sampai pas.

FAQ: Pertanyaan Seputar Menulis Abstrak Jurnal Ilmiah

1. Apa itu abstrak dalam jurnal ilmiah?

Abstrak adalah ringkasan singkat dari isi jurnal ilmiah yang mencakup tujuan, metode, hasil, dan pembahasan. Biasanya terdiri dari satu paragraf padat yang bisa berdiri sendiri tanpa perlu membaca isi jurnal secara lengkap.

2. Abstrak ditulis duluan atau belakangan?

Paling ideal ditulis setelah seluruh isi jurnal selesai. Tapi boleh juga mulai dicicil dari awal sebagai kerangka, kemudian disempurnakan belakangan.

3. Berapa jumlah kata yang ideal untuk abstrak jurnal?

Rata-rata jurnal menetapkan abstrak antara 150 sampai 250 kata. Selalu cek pedoman penulisan dari jurnal tujuan untuk memastikan.

4. Apa saja struktur dasar dalam menulis abstrak?

Gunakan pola IMRAD: Introduction, Methods, Results, and Discussion. Format ini paling umum dan membantu menyusun alur abstrak secara logis.

5. Haruskah menulis abstrak dalam bahasa Inggris?

Banyak jurnal mewajibkan dua versi: bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Terutama untuk jurnal nasional terakreditasi dan jurnal internasional.

6. Apakah abstrak boleh mengandung kutipan atau referensi?

Tidak. Abstrak sebaiknya tidak mencantumkan kutipan, referensi, atau catatan kaki. Fokuskan pada isi penelitian sendiri.

7. Kata kunci (keywords) itu apa fungsinya?

Kata kunci adalah istilah utama yang mewakili isi jurnal. Fungsinya untuk memudahkan jurnal ditemukan melalui pencarian di mesin indeks seperti Google Scholar, SINTA, atau DOAJ.

8. Apakah boleh menggunakan kalimat pasif dalam abstrak?

Boleh, asal tetap jelas dan efisien. Tapi kalimat aktif cenderung lebih lugas dan mudah dipahami pembaca.

9. Apakah abstrak bisa mengandung hasil statistik?

Bisa. Justru akan lebih kuat jika disertakan data ringkas atau angka statistik yang menonjol dari hasil penelitian.

10. Bagaimana cara tahu abstrakku sudah cukup jelas?

Coba minta teman atau pembaca lain untuk membaca abstraknya. Kalau mereka bisa mengerti isi jurnal hanya dari membaca abstrak, berarti sudah cukup jelas. Kalau mereka masih bingung, bisa jadi perlu revisi lagi.

Posting Komentar untuk "Tips Menulis Abstrak yang Menarik di Jurnal Ilmiah"