Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Struktur Penulisan Jurnal Ilmiah yang Harus Diketahui Mahasiswa

Struktur Penulisan Jurnal Ilmiah yang Harus Diketahui Mahasiswa

Nulis jurnal ilmiah itu bukan perkara iseng-iseng. Bukan juga kaya nulis status panjang di medsos. Tapi jangan dibayangkan ribet kayak bikin skripsi juga. Kuncinya satu: tahu dulu struktur penulisan jurnal ilmiah yang umum dipakai. Apalagi buat mahasiswa tingkat akhir, yang wajib setor jurnal sebagai syarat ambil ijazah—paham ini bisa jadi penyelamat hidup.

Apa Itu Jurnal Ilmiah dan Kenapa Penting Banget?

Jurnal ilmiah itu semacam laporan hasil penelitian yang ditulis sistematis dan biasanya dipublikasikan di platform tertentu. Bentuknya padat, ringkas, dan langsung to the point. Tujuannya? Menyebarkan pengetahuan. Bisa hasil penelitian lapangan, eksperimen laboratorium, kajian literatur, sampai studi kasus unik yang berkontribusi ke ilmu pengetahuan.

Banyak kampus di Indonesia mulai menetapkan publikasi jurnal ilmiah sebagai syarat kelulusan. Jadi, daripada panik di akhir semester, mending mulai ngulik sekarang. Karena, nulis jurnal itu bukan sekadar copas skripsi terus dipotong-potong.

Struktur Penulisan Jurnal Ilmiah yang Umum Dipakai

Nah ini dia bagian pentingnya. Struktur jurnal itu enggak bisa ngarang. Ada pola yang harus diikuti, mirip SOP. Hampir semua jurnal menggunakan struktur umum yang dikenal dengan singkatan IMRAD: Introduction, Method, Results, and Discussion. Tapi biasanya ditambah beberapa bagian lain. Yuk, kita bahas satu-satu.

1. Judul (Title)

Judul jurnal harus padat, jelas, dan mencerminkan isi tulisan. Hindari kalimat panjang yang bertele-tele. Usahakan maksimal 15 kata. Kalau bisa, masukkan keyword penting supaya mudah terdeteksi mesin pencari atau indeks jurnal.

Contoh judul yang efektif: Pengaruh Media Sosial terhadap Tingkat Stres Mahasiswa Selama Kuliah Daring. Gampang dimengerti, tapi langsung kena ke topik.

2. Abstrak (Abstract)

Abstrak itu semacam rangkuman super singkat dari keseluruhan jurnal. Biasanya cuma 150–250 kata. Tapi jangan remehkan, karena ini bagian pertama yang dibaca orang sebelum memutuskan mau lanjut baca atau nggak.

Isi abstrak mencakup latar belakang, tujuan, metode penelitian, hasil, dan simpulan singkat. Gunakan bahasa netral dan ilmiah. Oh ya, banyak jurnal minta abstrak dalam dua bahasa: Indonesia dan Inggris.

3. Kata Kunci (Keywords)

Letaknya biasanya di bawah abstrak. Pilih 3 sampai 5 kata kunci jurnal yang relevan dengan topik tulisan. Ini penting buat indexing dan pencarian di database jurnal. Misal kalau bahas mental health mahasiswa, bisa pilih: stres akademik, kuliah daring, psikologi pendidikan, mahasiswa Indonesia.

4. Pendahuluan (Introduction)

Di sinilah awal cerita dimulai. Pendahuluan menjelaskan kenapa topik ini penting, apa yang jadi masalah, dan kenapa perlu diteliti. Masukkan juga state of the art alias studi sebelumnya yang relevan. Terakhir, sebutkan tujuan dari penelitian secara tegas.

Tipsnya: jangan terlalu panjang, cukup 3–5 paragraf yang padat. Tunjukkan bahwa masalahnya nyata, bukan ngarang-ngarang biar kelihatan keren.

5. Metodologi (Methods)

Bagian ini menjelaskan gimana penelitian dilakukan. Dari jenis penelitian (kualitatif, kuantitatif, studi kasus), populasi, sampel, teknik pengambilan data, sampai alat analisis. Semakin detail, semakin bagus—asal enggak jadi cerita panjang bersambung.

Tujuannya supaya orang lain bisa meniru atau menguji ulang penelitian tersebut. Jadi, jangan sembarangan kasih data. Kalau pakai software atau alat analisis statistik, tuliskan dengan jelas.

6. Hasil Penelitian (Results)

Bagian hasil bukan tempat ngelantur. Tampilkan apa yang ditemukan dari penelitian, bisa berupa data tabel, grafik, atau narasi singkat. Hindari membahas makna data di sini—itu urusan bagian berikutnya.

Pastikan data yang disajikan relevan dan sesuai dengan pertanyaan penelitian. Jangan ngasih semua data mentah. Pilih yang paling mendukung tujuan penelitian.

7. Pembahasan (Discussion)

Nah ini tempat buat beropini secara ilmiah. Data yang udah ditampilkan sebelumnya mulai dikupas. Apa makna temuan itu? Apakah sesuai dengan hipotesis? Gimana kaitannya dengan teori atau penelitian terdahulu?

Kalau hasil penelitian berbeda dari ekspektasi, jelaskan kenapa bisa begitu. Diskusi ini bisa juga ngasih saran buat peneliti lain, arah penelitian ke depan, atau implikasi hasilnya.

8. Simpulan (Conclusion)

Simpulan menyajikan jawaban ringkas atas tujuan penelitian. Bukan rangkuman semua isi jurnal, tapi poin-poin penting dari temuan. Biasanya 1 paragraf aja udah cukup. Beberapa jurnal juga minta ditambahkan saran di bagian ini.

9. Daftar Pustaka (References)

Jangan lupa mencantumkan semua sumber yang dikutip. Gunakan format penulisan yang disyaratkan oleh jurnal tujuan: bisa APA Style, IEEE, MLA, atau lainnya. Pastikan semua kutipan di dalam teks juga ada di daftar pustaka.

Sekarang banyak tools yang bisa bantu bikin sitasi otomatis kayak Mendeley, Zotero, atau Google Scholar. Tinggal klik, beres.

10. Lampiran (Optional)

Nggak semua jurnal nyediain tempat buat lampiran. Tapi kalau ada data tambahan, kuesioner, atau gambar pendukung yang nggak cukup ditaruh di badan utama, bisa disisipkan di sini. Pastikan tetap relevan dan rapi, jangan asal tempel.

Catatan Penting Buat Mahasiswa Tingkat Akhir

  • Periksa dulu template jurnal kampus kalau ada, karena bisa beda-beda.
  • Gunakan turnitin checker atau pengecek plagiarisme lainnya. Minimalisir kemiripan.
  • Pakai bahasa baku dan ejaan sesuai EYD/PUEBI.
  • Kalau jurnal harus dipublikasikan, pilih jurnal terakreditasi SINTA atau jurnal ilmiah kampus yang diakui.
  • Cek kembali jumlah kata, struktur, dan syarat teknis lainnya sebelum submit.

Beberapa Situs Rekomendasi Buat Publikasi Jurnal Mahasiswa

Nggak usah bingung cari tempat publikasi. Berikut beberapa situs jurnal ilmiah yang biasa dipakai mahasiswa:

  • https://jurnal.uns.ac.id
  • https://ejournal.unesa.ac.id
  • https://garuda.kemdikbud.go.id
  • https://sinta.kemdikbud.go.id
  • https://journal.ui.ac.id

Kalau Skripsi Sudah Jadi, Apa Jurnal Bisa Tinggal Copas?

Sayangnya enggak bisa seenaknya copas skripsi ke jurnal. Format, gaya bahasa, bahkan fokus pembahasannya beda. Jurnal itu ringkas dan langsung ke poin. Boleh ambil dari skripsi, tapi perlu disesuaikan. Jadi, jangan lupa buat rewrite atau menyusun ulang agar sesuai format jurnal ilmiah.

FAQ: Pertanyaan Umum Seputar Penulisan Jurnal Ilmiah

1. Apa perbedaan antara skripsi dan jurnal ilmiah?

Skripsi lebih lengkap dan mendetail, biasanya terdiri dari lima bab dan mencakup keseluruhan proses penelitian dari awal hingga akhir. Sedangkan jurnal ilmiah lebih ringkas, hanya menyajikan inti dari penelitian, dan mengikuti struktur IMRAD (Introduction, Method, Results, and Discussion).

2. Apakah jurnal bisa dibuat dari skripsi?

Bisa. Banyak mahasiswa membuat jurnal dari skripsi dengan menyederhanakan dan merangkum bagian-bagian pentingnya. Namun, jurnal tidak bisa hanya hasil salin-tempel dari skripsi. Perlu penyesuaian format, bahasa, dan penyusunan ulang agar sesuai dengan struktur jurnal ilmiah.

3. Apa saja bagian yang wajib ada dalam jurnal ilmiah?

Secara umum jurnal ilmiah terdiri dari: Judul, Abstrak, Kata Kunci, Pendahuluan, Metodologi, Hasil, Pembahasan, Simpulan, dan Daftar Pustaka. Beberapa jurnal juga meminta lampiran atau ucapan terima kasih jika diperlukan.

4. Berapa panjang ideal jurnal ilmiah mahasiswa?

Panjang jurnal ilmiah umumnya antara 6 hingga 15 halaman, tergantung ketentuan dari jurnal atau kampus tempat publikasi. Fokusnya adalah keefisienan dan ketepatan isi, bukan panjangnya.

5. Apakah harus menggunakan bahasa Inggris?

Tidak selalu. Banyak jurnal ilmiah nasional menerima tulisan berbahasa Indonesia. Namun, jurnal internasional biasanya mewajibkan bahasa Inggris. Beberapa jurnal lokal juga meminta abstrak disertakan dalam dua bahasa.

6. Di mana bisa mempublikasikan jurnal ilmiah mahasiswa?

Banyak jurnal ilmiah nasional yang terbuka untuk mahasiswa, seperti jurnal kampus, SINTA (Science and Technology Index), dan Garuda Kemdikbud. Pastikan jurnal tersebut aktif dan terindeks secara resmi.

7. Apakah jurnal harus lolos uji plagiarisme?

Iya, sangat disarankan. Banyak kampus dan penerbit jurnal meminta laporan bebas plagiarisme sebagai syarat penerimaan. Gunakan alat seperti Turnitin, Plagscan, atau Grammarly Premium untuk mengeceknya.

8. Apakah semua jurnal ilmiah gratis dipublikasikan?

Tidak semuanya. Ada jurnal ilmiah yang gratis (open access), tapi ada juga yang memungut biaya publikasi. Pastikan membaca pedoman pengiriman (author guidelines) sebelum mengirim naskah.

9. Berapa lama proses publikasi jurnal mahasiswa?

Lama proses tergantung dari kebijakan jurnal. Bisa hanya 2 minggu, tapi bisa juga 2 bulan atau lebih, tergantung proses review dan revisi. Lebih baik kirim jauh sebelum batas waktu kelulusan.

10. Apakah perlu mencantumkan pembimbing dalam jurnal?

Biasanya, ya. Nama pembimbing atau dosen pendamping ditulis sebagai salah satu penulis atau co-author, tergantung kesepakatan. Perlu dikomunikasikan terlebih dahulu dengan pembimbing masing-masing.

Posting Komentar untuk "Struktur Penulisan Jurnal Ilmiah yang Harus Diketahui Mahasiswa"