Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Panduan Menulis Jurnal Ilmiah untuk Mahasiswa Tingkat Akhir

Panduan Menulis Jurnal Ilmiah untuk Mahasiswa Tingkat Akhir

Menjelang kelulusan, ada satu syarat yang sering bikin mahasiswa deg-degan: nulis jurnal ilmiah. Meskipun cuma beberapa halaman, rasanya bisa lebih bikin keringat dingin daripada skripsi. Tapi tenang, nulis jurnal itu nggak seseram yang dibayangkan. Justru, kalau tahu alurnya, semua bisa lebih lancar dan efisien.

Kenapa Jurnal Ilmiah Itu Penting?

Buat mahasiswa tingkat akhir, jurnal ilmiah biasanya jadi syarat buat sidang atau ambil ijazah. Tapi di luar itu, jurnal juga bisa jadi ajang unjuk gigi. Siapa tahu bisa diterbitkan di jurnal nasional atau bahkan internasional. Lumayan banget kalau bisa nambah portofolio riset atau jadi modal daftar beasiswa dan kerja.

Beberapa kampus bahkan udah kerja sama sama portal publikasi jurnal seperti Sinta, Garuda, atau Neliti. Nah, ini bisa jadi peluang buat hasil karya tulis yang dibuat bisa benar-benar dibaca banyak orang.

Bedanya Jurnal Ilmiah dan Skripsi

Yang sering bikin bingung: bedanya jurnal dan skripsi itu apa sih? Padahal dua-duanya sama-sama karya ilmiah. Sebenarnya jurnal itu versi ringkas dari skripsi. Kalau skripsi bisa sampai ratusan halaman, jurnal biasanya cuma 6–12 halaman. Tapi isinya padat, langsung ke inti, dan pakai gaya bahasa formal ilmiah.

Struktur jurnal pun lebih ramping. Nggak perlu daftar isi, kata pengantar, atau lampiran. Yang dibahas langsung ke topik: dari abstrak, pendahuluan, metodologi, hasil dan pembahasan, sampai kesimpulan dan daftar pustaka.

Struktur Umum Jurnal Ilmiah

Supaya lebih mudah, berikut ini struktur jurnal ilmiah yang biasa digunakan:

  • Judul: Singkat, jelas, dan mencerminkan isi jurnal. Maksimal 15 kata.
  • Abstrak: Ringkasan isi jurnal dalam 150–250 kata. Biasanya ditulis dalam dua bahasa: Indonesia dan Inggris.
  • Kata kunci: 3–5 keyword yang relevan dan menggambarkan inti tulisan.
  • Pendahuluan: Latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan urgensinya.
  • Metodologi: Penjelasan tentang jenis penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen, dan teknik analisis.
  • Hasil dan Pembahasan: Hasil yang diperoleh dari penelitian dan pembahasannya berdasarkan teori.
  • Kesimpulan: Inti temuan penelitian dan saran jika ada (ringkas saja).
  • Daftar Pustaka: Semua referensi yang digunakan, ditulis sesuai gaya penulisan (APA, IEEE, dll).

Tips Menulis Jurnal Ilmiah dengan Santai Tapi Tetap Ilmiah

Menulis jurnal bukan berarti harus kaku kayak robot. Tetap bisa dibawa enjoy, asal tetap menjaga gaya bahasa akademis. Ini beberapa tips biar proses nulis jadi lebih bersahabat:

  1. Pilih topik yang udah dikuasai
    Kalau topik udah dikuasai, proses nulis bakal lebih cepat. Biasanya topik jurnal diambil dari skripsi, jadi tinggal merangkum dan menyederhanakan saja.
  2. Gunakan referensi terpercaya
    Minimal ambil dari jurnal terindeks Sinta, Google Scholar, ResearchGate, atau ScienceDirect. Jangan ngandelin blog atau Wikipedia.
  3. Jangan terlalu panjang
    Ingat, jurnal itu padat. Hindari kalimat bertele-tele. Fokus ke poin inti dari penelitian. Tuliskan hasil yang benar-benar relevan dan penting saja.
  4. Parafrase dan jangan copas mentah-mentah
    Plagiarisme itu musuh utama dalam dunia akademik. Gunakan teknik parafrase dan kutip dengan benar.
  5. Pakai alat bantu
    Tools seperti Grammarly, Zotero, atau Mendeley bisa bantu banget buat cek grammar atau nyusun sitasi otomatis. Jangan ragu pakai aplikasi referensi manajemen biar rapi.
  6. Ikuti template kampus
    Setiap universitas biasanya punya format jurnal masing-masing. Cek ke dosen pembimbing atau jurusan, jangan asal bikin format sendiri.

Cara Mengubah Skripsi Jadi Jurnal

Daripada nulis dari nol, mending ambil inti dari skripsi dan ubah jadi jurnal. Ini langkah yang bisa diikuti:

  • Ambil bab 1–3 buat bagian pendahuluan dan metodologi.
  • Bab 4 dipadatkan jadi hasil dan pembahasan.
  • Bab 5 jadi bagian kesimpulan (tanpa saran kalau nggak diminta).
  • Hapus semua bagian administratif seperti pengesahan, lampiran, dan lain-lain.

Dimana Bisa Mempublikasikan Jurnal?

Setelah jurnal selesai, langkah selanjutnya adalah publikasi. Beberapa portal yang sering jadi tempat publikasi mahasiswa antara lain:

  • OJS Kampus: Banyak kampus pakai Open Journal System. Cek apakah jurusan atau fakultas punya OJS sendiri.
  • Sinta Ristekbrin: Buat publikasi jurnal nasional terakreditasi.
  • Garuda: Portal publikasi resmi dari Kemendikbud.
  • Neliti: Repositori akademik Indonesia yang lumayan populer.
  • Google Scholar: Bisa daftar akun dan upload publikasi secara mandiri jika jurnal udah tayang.

Setiap jurnal punya ketentuan sendiri soal template, minimal kata, biaya publikasi, dan durasi review. Jadi penting banget buat baca panduan penulis sebelum submit. Jangan asal kirim ke jurnal internasional predator juga, karena bisa bikin malu dan buang biaya.

LSI Keyword yang Perlu Diperhatikan

Kalau lagi optimalisasi SEO untuk jurnal atau artikel blog akademik, bisa juga pakai LSI keyword yang relevan seperti:

  • penulisan karya ilmiah
  • struktur jurnal ilmiah
  • contoh jurnal mahasiswa
  • cara menulis jurnal skripsi
  • publikasi jurnal nasional
  • tips jurnal ilmiah cepat terbit
  • jurnal penelitian pendidikan
  • template jurnal ilmiah PDF
  • format penulisan jurnal PDF

Kapan Sebaiknya Menulis Jurnal?

Idealnya, nulis jurnal dilakukan setelah bab 4 skripsi kelar. Jadi datanya udah fix dan bisa langsung diolah. Tapi kalau udah nyicil dari awal, lebih bagus lagi. Jangan tunggu sampai mepet waktu sidang atau deadline yudisium.

Kalau bisa, bikin dulu draf kasarnya. Nggak harus sempurna. Setelah itu baru diedit sambil konsultasi ke dosen pembimbing. Ada juga beberapa kampus yang minta jurnal dikirim sebelum seminar hasil, jadi pastikan cek timeline dari jurusan.

Revisi Itu Wajar

Kalau dapet revisi dari reviewer atau dosen, santai aja. Hampir semua penulis jurnal pasti pernah direvisi. Bahkan jurnal di jurnal internasional bereputasi pun bisa balik revisi sampai tiga kali. Yang penting dicatat semua koreksi dan diperbaiki sesuai arahan.

Justru lewat revisi, tulisan bisa makin tajam dan ilmiah. Jadi jangan baper atau putus semangat waktu dapet catatan koreksi. Itu semua bagian dari proses belajar.

FAQ: Pertanyaan yang Sering Muncul soal Penulisan Jurnal Ilmiah

1. Apa jurnal ilmiah wajib untuk mahasiswa tingkat akhir?

Tergantung kebijakan kampus. Banyak universitas menjadikan jurnal sebagai syarat pengambilan ijazah atau kelulusan. Namun ada juga yang hanya mewajibkan skripsi tanpa publikasi jurnal.

2. Apakah jurnal bisa dibuat dari skripsi yang sudah selesai?

Bisa banget. Justru jurnal ilmiah mahasiswa biasanya merupakan ringkasan dari skripsi. Beberapa kampus memang menyarankan agar jurnal diambil dari hasil penelitian skripsi.

3. Berapa halaman ideal jurnal ilmiah?

Idealnya antara 6 sampai 12 halaman. Setiap jurnal atau portal publikasi biasanya menetapkan panjang minimal dan maksimal tulisan, jadi penting untuk cek panduan penulis masing-masing jurnal.

4. Apakah jurnal harus ditulis dalam bahasa Inggris?

Tidak selalu. Banyak jurnal nasional yang menggunakan bahasa Indonesia. Namun, jurnal internasional biasanya mensyaratkan penulisan dalam bahasa Inggris dengan grammar yang baik dan benar.

5. Apa saja situs tempat publikasi jurnal mahasiswa?

Beberapa situs populer untuk publikasi jurnal mahasiswa antara lain: OJS kampus, Sinta, Garuda, Neliti, dan Google Scholar. Masing-masing punya ketentuan tersendiri soal format dan alur pengajuan.

6. Apakah publikasi jurnal itu gratis?

Tergantung tempat publikasi. Ada yang gratis seperti OJS kampus atau jurnal milik institusi, tapi ada juga yang berbayar terutama jika jurnalnya sudah terindeks dan bereputasi. Biayanya bervariasi, bisa mulai dari Rp150.000 hingga jutaan rupiah.

7. Apa bedanya jurnal nasional dan jurnal internasional?

Jurnal nasional menggunakan bahasa Indonesia, diterbitkan oleh institusi dalam negeri, dan biasanya terindeks Sinta. Jurnal internasional berbahasa Inggris, punya cakupan global, dan sering terindeks di Scopus atau Web of Science.

8. Apakah boleh memakai referensi dari blog atau Wikipedia?

Disarankan tidak. Referensi yang dipakai sebaiknya berasal dari jurnal ilmiah terpercaya, buku akademik, atau publikasi resmi. Wikipedia bisa digunakan sebagai pengantar pemahaman, tapi tidak dijadikan sumber kutipan.

9. Bagaimana cara mengecek plagiarisme pada jurnal?

Bisa menggunakan tools seperti Turnitin, Plagiarism Checker X, atau Grammarly Premium. Beberapa kampus juga menyediakan akses Turnitin khusus mahasiswa. Tingkat plagiarisme yang diperbolehkan biasanya di bawah 25%.

10. Apakah jurnal harus langsung diterima saat pertama kali diajukan?

Tidak selalu. Justru mayoritas jurnal ilmiah akan mengalami proses revisi oleh reviewer. Hal ini normal dan merupakan bagian dari proses peer review. Semakin cepat merespons dan memperbaiki revisi, makin cepat jurnal bisa terbit.

Posting Komentar untuk "Panduan Menulis Jurnal Ilmiah untuk Mahasiswa Tingkat Akhir"