Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Langkah-Langkah Membuat Jurnal Ilmiah yang Baik dan Benar

Langkah-Langkah Membuat Jurnal Ilmiah yang Baik dan Benar

Membuat jurnal ilmiah itu bukan perkara seberat nulis skripsi sambil ngopi tengah malam, tapi juga nggak bisa dianggap enteng kayak update story Instagram. Prosesnya butuh riset, struktur yang jelas, dan gaya bahasa akademik yang rapi. 

Tapi tenang, semua bisa dipelajari pelan-pelan. Biar lebih terarah, yuk bahas satu per satu langkah-langkah yang bisa dijalani supaya jurnal ilmiah jadi maksimal dan layak dipublikasikan di jurnal nasional atau bahkan internasional.

1. Tentukan Topik yang Spesifik dan Relevan

Langkah pertama tentu saja memilih topik. Jangan asal ambil tema yang terlalu umum atau klise. Misalnya, daripada bahas "media sosial", mending bahas "pengaruh algoritma TikTok terhadap kebiasaan belajar siswa SMA di kota X". 

Spesifik itu penting supaya tulisan punya arah dan nilai kebaruan. Topik yang relevan juga bikin proses nulis jadi lebih semangat karena terasa dekat dengan kehidupan sehari-hari atau bidang yang sedang digeluti.

2. Riset Literatur Sebanyak-Banyaknya

Sebelum mulai nulis, waktunya ngubek perpustakaan digital dan jurnal-jurnal ilmiah. Bisa lewat Google Scholar, ResearchGate, DOAJ, atau portal Garuda. Baca jurnal dari penulis lain biar tahu perkembangan teori, metode, dan celah riset yang bisa diisi. Jangan lupa catat sumber-sumber penting buat nanti dicantumkan di daftar pustaka. Teknik sitasi juga jadi bagian penting biar nggak terjebak plagiarisme.

3. Susun Kerangka Jurnal Ilmiah

Biar tulisan nggak loncat-loncat kayak alur film thriller, perlu bikin outline atau kerangka. Umumnya jurnal ilmiah punya struktur seperti ini:

  • Judul – Harus ringkas, padat, dan mencerminkan isi artikel.
  • Abstrak – Ringkasan penelitian dalam 150-250 kata, biasanya dalam dua bahasa.
  • Kata Kunci – 3-5 kata kunci yang mencerminkan inti tulisan.
  • Pendahuluan – Bahas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan kebaruan.
  • Tinjauan Pustaka – Ulas teori-teori yang relevan dan hasil penelitian terdahulu.
  • Metode Penelitian – Jelaskan desain, teknik pengumpulan data, dan analisis data.
  • Hasil dan Pembahasan – Sajikan temuan dan hubungkan dengan teori atau penelitian lain.
  • Kesimpulan – Biasanya 1 paragraf singkat tentang hasil inti.
  • Daftar Pustaka – Tulis semua referensi yang digunakan sesuai gaya selingkung (APA, MLA, IEEE, dll).

4. Tulis Abstrak yang Menggoda Editor

Meskipun letaknya di awal, abstrak justru sebaiknya ditulis belakangan, setelah semua bagian selesai. Kenapa? Karena abstrak itu rangkuman paling padat dari seluruh isi jurnal. Isinya harus mencakup tujuan, metode, hasil, dan sedikit interpretasi. Abstrak yang rapi dan menarik bakal jadi kunci buat membuat reviewer atau editor tertarik membaca lebih lanjut.

5. Pakai Bahasa Ilmiah tapi Tetap Mengalir

Jangan nulis jurnal kayak status Facebook. Gunakan bahasa formal, jelas, dan konsisten. Hindari bahasa yang ambigu atau hiperbola. Tapi bukan berarti kaku dan susah dimengerti. Bahasa akademik yang baik itu mengalir, tidak bertele-tele, dan tetap logis. Pemilihan istilah juga perlu diperhatikan. Gunakan istilah yang sudah umum dipakai di bidang keilmuan terkait.

6. Perhatikan Kutipan dan Daftar Pustaka

Mau jurnalnya kelihatan profesional? Salah satunya dengan mencantumkan sumber kutipan secara benar. Pakai aplikasi bantu seperti Zotero, Mendeley, atau EndNote untuk mempermudah manajemen referensi. Jangan lupa pilih gaya sitasi yang sesuai permintaan jurnal tujuan, misalnya APA Style, Harvard Style, atau Vancouver. Ini bisa mempengaruhi apakah naskah diterima atau dikembalikan buat revisi awal.

7. Cek dan Revisi Berulang Kali

Bikin jurnal ilmiah itu kayak bikin kopi manual brew — hasilnya beda kalau asal-asalan. Setelah draft selesai, baca ulang berkali-kali. Bisa juga minta bantuan teman yang ngerti akademik buat proofread. Kalau perlu, gunakan grammar checker buat bantu revisi tata bahasa. Cek juga data dan hasil analisis, pastikan tidak ada kesalahan logika atau interpretasi.

8. Cek Plagiarisme Sebelum Kirim

Plagiarisme bisa jadi mimpi buruk di dunia akademik. Jadi sebelum kirim, pastikan cek orisinalitas tulisan pakai Turnitin, iThenticate, atau tools lain yang terpercaya. Idealnya, similarity index di bawah 20% atau sesuai standar dari kampus atau jurnal yang dituju. Kalau masih tinggi, perbaiki bagian yang mirip dengan parafrase atau kutipan langsung yang tepat.

9. Pilih Jurnal Tujuan yang Sesuai

Jurnal bukan tempat upload random seperti medsos. Setiap jurnal punya fokus dan cakupan masing-masing. Cek dulu apakah tema tulisan cocok dengan jurnal yang dituju. Baca juga artikel-artikel sebelumnya buat tahu selera dan standar mereka. Jangan lupa cek reputasi jurnal: apakah terindeks SINTA, DOAJ, Scopus, atau Web of Science? Hindari jurnal predator yang cuma cari biaya tanpa proses review yang benar.

10. Ikuti Template dan Panduan Penulisan

Setiap jurnal punya pedoman penulisan sendiri. Bisa berupa format margin, ukuran font, sistem sitasi, hingga urutan subjudul. Jangan abaikan hal-hal kecil seperti ini, karena bisa jadi alasan naskah ditolak sejak awal. Download template dari situs resmi jurnal dan sesuaikan dengan naskah yang sudah dibuat.

11. Kirim dan Siap Mental untuk Review

Begitu naskah siap, waktunya kirim. Umumnya lewat sistem OJS (Open Journal System) atau email redaksi. Setelah dikirim, bersiaplah untuk proses review. Ada yang cepat, ada yang butuh waktu berminggu-minggu. Komentar reviewer bisa tajam, tapi justru itu yang bikin naskah makin matang. Jangan baper, revisi sesuai arahan, dan kirim ulang sesuai permintaan.

12. Publikasi dan Sebarkan

Kalau jurnal sudah terbit, tinggal sebarkan ke dunia. Bisa lewat Google Scholar, media sosial akademik, atau kampus. Publikasi ini bisa jadi nilai tambah untuk portofolio, jadi syarat kelulusan, bahkan jadi syarat pengambilan ijazah di beberapa universitas. Jangan lupa juga simpan file PDF-nya baik-baik, siapa tahu nanti dibutuhkan untuk apply beasiswa, kerja, atau lanjut studi.

13. Gabung Komunitas Akademik

Setelah berhasil menulis jurnal pertama, bisa lanjut bergabung ke komunitas riset atau forum akademik. Banyak platform seperti ResearchGate atau Academia.edu yang bisa jadi tempat diskusi dan berbagi ide. Semakin aktif, semakin besar peluang untuk kolaborasi dan dapat insight topik baru buat jurnal berikutnya. Dunia akademik itu luas, dan selalu ada ruang untuk berkembang.

FAQ seputar Pembuatan Jurnal Ilmiah

1. Apa perbedaan antara skripsi dan jurnal ilmiah?

Skripsi biasanya lebih panjang dan mendetail karena merupakan tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan, sementara jurnal ilmiah lebih ringkas, fokus pada poin-poin penting, dan ditujukan untuk publikasi agar dibaca oleh komunitas akademik yang lebih luas.

2. Apakah jurnal harus ditulis dalam bahasa Inggris?

Tidak selalu. Banyak jurnal nasional menerima naskah dalam bahasa Indonesia. Namun, untuk jurnal internasional atau yang terindeks Scopus, biasanya memang diminta menggunakan bahasa Inggris.

3. Bagaimana menentukan topik jurnal yang baik?

Pilih topik yang spesifik, relevan dengan bidang keilmuan, dan memiliki novelty atau kebaruan. Bisa dimulai dari hasil penelitian skripsi lalu disesuaikan agar lebih fokus dan padat.

4. Apa yang dimaksud dengan similarity index?

Similarity index adalah persentase kemiripan tulisan dengan sumber lain berdasarkan hasil cek plagiarisme. Semakin rendah angkanya, semakin orisinal tulisannya. Idealnya di bawah 20% atau sesuai kebijakan jurnal tujuan.

5. Apakah semua jurnal bisa diakses secara gratis?

Tidak semua. Beberapa jurnal bersifat open access dan bisa diakses gratis, tapi ada juga yang berbayar atau hanya bisa diakses melalui institusi akademik tertentu.

6. Apa itu jurnal predator?

Jurnal predator adalah jurnal yang meminta biaya publikasi tinggi tanpa melalui proses review yang layak. Hindari jurnal jenis ini karena bisa merusak reputasi akademik dan tidak diakui oleh lembaga resmi.

7. Berapa lama proses review jurnal biasanya berlangsung?

Tergantung jurnalnya. Ada yang butuh waktu 2-3 minggu, ada juga yang sampai 2-3 bulan. Pastikan membaca timeline publikasi yang biasanya tersedia di website resmi jurnal.

8. Apakah bisa menggunakan data dari skripsi untuk jurnal?

Bisa banget. Data dari skripsi bisa diringkas dan difokuskan ke satu tema spesifik lalu dijadikan bahan untuk jurnal ilmiah. Yang penting, struktur penulisannya disesuaikan.

9. Apa tools terbaik untuk sitasi otomatis?

Beberapa tools populer adalah Mendeley, Zotero, dan EndNote. Semua bisa membantu mengelola daftar pustaka dan sitasi sesuai gaya APA, MLA, Chicago, dan lainnya.

10. Dimana bisa menemukan jurnal ilmiah terpercaya?

Bisa lewat Google Scholar, DOAJ (Directory of Open Access Journals), SINTA, Garuda Kemdikbud, atau langsung dari publisher resmi seperti Elsevier, Springer, dan Wiley.

Posting Komentar untuk "Langkah-Langkah Membuat Jurnal Ilmiah yang Baik dan Benar"