Kenapa Bed Rotting Jadi Gaya Hidup Baru di Kalangan Mahasiswa
Pernah dengar istilah bed rotting? Istilah ini sempat viral di media sosial, terutama di TikTok, dan sekarang mulai sering dibahas di kalangan mahasiswa. Sederhananya, bed rotting artinya berlama-lama di tempat tidur tanpa melakukan apa-apa selain rebahan, nonton film, makan, atau sekadar bengong sambil scroll HP.
Sekilas memang terdengar seperti malas, tapi fenomena ini ternyata punya makna yang lebih dalam. Banyak mahasiswa sekarang menjadikan bed rotting sebagai bentuk self-care, cara untuk istirahat dari padatnya aktivitas kuliah, tugas, magang, sampai urusan sosial. Dalam dunia pendidikan yang makin menuntut produktivitas tinggi, bed rotting jadi semacam pelarian dari rutinitas yang bikin lelah mental.
Apa yang Dimaksud dengan Bed Rotting?
Secara harfiah, bed rotting berarti “membusuk di kasur”. Tapi tenang, ini bukan dalam arti sebenarnya. Bed rotting menggambarkan kondisi seseorang yang memilih untuk tetap di tempat tidur seharian, bukan karena sakit, tapi karena ingin menenangkan diri dari tekanan hidup.
Aktivitasnya bisa bermacam-macam — nonton drama Korea, dengerin musik, rebahan sambil main HP, atau bahkan tidur seharian. Buat sebagian orang, ini adalah momen untuk recharge energi dan menenangkan pikiran dari overthinking atau burnout. Jadi bukan sekadar rebahan tanpa tujuan, tapi lebih ke bentuk perawatan diri.
Kenapa Mahasiswa Mulai Ikut Tren Bed Rotting?
Mahasiswa zaman sekarang hidup di tengah tekanan yang besar. Tugas kuliah menumpuk, ekspektasi orang tua tinggi, dan kehidupan sosial di kampus juga nggak kalah melelahkan. Semua itu bikin banyak orang akhirnya kelelahan secara fisik dan mental. Nah, bed rotting muncul sebagai bentuk perlawanan kecil terhadap tuntutan untuk selalu produktif.
Dalam dunia kampus, sering ada anggapan kalau seseorang harus terus aktif, ikut organisasi, berprestasi, dan nggak boleh terlihat santai. Tapi pada kenyataannya, tubuh dan pikiran juga butuh waktu istirahat. Bed rotting jadi solusi yang dianggap paling sederhana dan cepat — tinggal rebahan, tanpa perlu keluar rumah atau berpikir terlalu keras.
Self-Care dan Mental Health di Balik Fenomena Ini
Banyak yang melihat bed rotting sebagai bentuk self-care versi mahasiswa. Di tengah tren kesehatan mental yang makin sering dibicarakan, istirahat total dianggap penting buat menjaga keseimbangan diri. Kadang, istirahat bukan berarti malas, tapi tanda seseorang tahu kapan harus berhenti sejenak.
Psikolog juga banyak yang bilang, waktu istirahat pasca kelelahan itu penting. Ketika otak terus dipaksa produktif tanpa jeda, risiko stres meningkat dan konsentrasi menurun. Bed rotting bisa jadi cara sederhana untuk mencegah burnout mahasiswa yang sering dialami di tengah jadwal kuliah padat.
Jadi, kalau ada mahasiswa yang memilih diam di kasur seharian, bisa jadi bukan karena malas, tapi karena sedang mencoba memulihkan diri dari tekanan yang nggak kelihatan.
Apakah Bed Rotting Termasuk Gaya Hidup Sehat?
Nah, ini bagian yang sering bikin perdebatan. Ada yang bilang bed rotting itu sehat karena bisa menenangkan diri, tapi ada juga yang menilai justru berbahaya kalau dilakukan berlebihan.
Dalam batas wajar, bed rotting memang bisa bantu tubuh dan pikiran pulih dari kelelahan. Tapi kalau jadi kebiasaan harian, justru bisa menurunkan produktivitas dan bikin sulit fokus belajar. Terlalu sering di kasur juga bisa bikin ritme tidur berantakan, tubuh terasa lesu, dan perasaan malah makin kosong.
Gaya hidup modern memang menuntut keseimbangan. Mahasiswa perlu belajar kapan harus produktif dan kapan harus rehat. Bed rotting bisa tetap jadi bagian dari gaya hidup sehat, asal dilakukan dengan kesadaran, bukan pelarian dari tanggung jawab.
Peran Media Sosial dalam Menyebarkan Tren Ini
Salah satu alasan kenapa bed rotting cepat menyebar adalah karena media sosial. Banyak konten kreator yang membagikan rutinitas bed rotting mereka di TikTok dan Instagram. Video semacam itu sering dikemas dengan nuansa estetik — selimut empuk, kopi hangat, dan cahaya kamar yang lembut.
Tanpa sadar, hal itu membentuk pandangan baru: bahwa rebahan bukan lagi hal yang harus disembunyikan, tapi bisa jadi bentuk ekspresi diri. Akibatnya, banyak mahasiswa yang merasa “boleh kok istirahat”, dan itu justru bikin mereka lebih sadar pentingnya keseimbangan hidup.
Namun, efek lainnya, ada juga yang akhirnya terlalu nyaman dan menjadikan bed rotting sebagai rutinitas harian. Kalau sudah sampai tahap itu, justru bisa memperburuk kondisi mental health karena mengurangi interaksi sosial dan rasa motivasi.
Cara Biar Bed Rotting Tetap Positif dan Nggak Kebablasan
Nggak ada salahnya sesekali bed rotting, asal tahu batasnya. Berikut beberapa cara biar tetap sehat secara fisik dan mental:
- Tentukan waktu rebahan — misalnya cuma setengah hari di akhir pekan, bukan tiap hari.
- Gunakan waktu itu buat refleksi diri — bukan cuma scroll media sosial, tapi juga berpikir hal-hal positif.
- Bangun rutinitas sehat — tetap makan teratur, minum cukup air, dan jaga kebersihan kamar.
- Keluar kamar setelah cukup istirahat — biar tubuh tetap aktif dan nggak kehilangan semangat belajar.
Dengan cara ini, bed rotting bisa jadi versi ringan dari healing dan bukan tanda kemalasan. Kadang tubuh cuma butuh sinyal bahwa waktunya berhenti sejenak. Setelah itu, semangat belajar bisa balik lagi, bahkan lebih kuat dari sebelumnya.
Posting Komentar untuk "Kenapa Bed Rotting Jadi Gaya Hidup Baru di Kalangan Mahasiswa"